Saturday, September 14, 2013

Poetry // Autumn Memory

Terbangun dari alam mimpi
Tersenyum cerah sebelum memulai sebuah hari

Terpaku sejenak pada kalender
Lalu beranjak mandi untuk membuat badan menjadi segar

Setelah itu, memutuskan keluar dari lingkungan perumahan
Melangkahkan kaki menuju ke sebuah taman

Mendudukkan diri di sebuah bangku kosong
Menatap sejenak pada orang-orang yang berlalu lalang

Angin yang bertiup terasa lebih sejuk dan dingin
Menghirup udara dalam-dalam, dikeluarkan kembali dalam satu tarikan

Warna dedaunan di atas pohon telah berubah
Ada yang menguning, ada yang memerah

Lembaran daun kering mulai melepaskan diri satu demi satu dari ranting pohon
Terbawa arus angin, mendarat di atas tanah, dan bertebaran

Guguran daun tampak mulai menumpuk sembarangan
Berada di setiap sudut jalan bagaikan hiasan

Melihat warna batang pohon yang juga semakin menua
Menunjukkan bahwa musim gugur telah tiba

Burung-burung yang berterbangan
Mengepakkan sayap di angkasa, melintasi gumpalan awan

Bersandar pada sandaran kursi lalu memejamkan kedua mata
Kenangan manis yang telah terkubur mulai membuat cela

Sebuah senyum kecil terukir
Bersama dengan kenangan-kenangan manis yang kembali mengalir

Dua suara tawa di musim gugur
Kebahagiaan pun ikut berbaur

Berlari-larian di tengah taman
Salah satu tertangkap lalu berakhir dalam sebuah pelukan

Pelukan yang erat
Diiringi dengan debaran yang kuat

Merasa lelah, beristirahat di sebuah bangku taman
Dengan kepala yang bersandaran

Tanpa kata-kata yang terangkai
Dua hati saling terikat untuk mencintai

Berjalan bergandengan tangan
Melewati pohon-pohon yang berderet rapi di sepanjang jalan

Mengukir tanda cinta di sebuah pohon tua
Mengucapkan janji bersama

Jari kelingking yang saling bertautan
Seolah tak akan pernah terlepaskan

Kenangan yang membuat hati bahagia
Namun juga menyakitkan di saat yang sama

Rasa rindu menjalar
Menjerat kuat bagaikan lilitan seekor ular

Tidak bisakah kembali pada musim gugur yang lalu?
Agar tidak usah mengeluarkan tangisan pilu

Salah satu insan yang pernah mengucapkan janji
Kini tidak bisa kembali untuk bersama lagi

Telah berada di dunia yang berbeda
Walau masih melihat langit yang sama

Tanpa sadar, setetes air mata terjatuh
Luka lama yang terbuka terasa begitu perih

Meski begitu menyesakan
Sulit untuk bisa dilupakan

Selalu tersimpan di dalam peti hati
Agar bisa diingat berulang kali

Laksana sekuntum bunga aster
Cinta yang tumbuh hanya mekar dengan indah di musim gugur

Meski sekarang telah berada di tempat yang berbeda
Cinta yang bersemi masih tetap sama

Hari demi hari yang dilewati
Dipenuhi oleh cinta yang terus mengisi hari

Hanya di satu musim
Genangan air mata membuat pandangan memburam

Menangis untuk seseorang
Yang tidak bisa datang

Sungai air mata yang mengalir deras
Dengan senyum kecil

Meski tahu tak akan bertemu
Masih duduk di bangku yang dulu untuk menunggu

Musim gugur yang datang sekali dalam setahun
Akan tetap dinanti-nantikan hingga seribu tahun


END

No comments: