Title : Am I Have A Family?
Author : StarHyo (Byeol)
Rating : G
Length : Series
Genre : Slice of Life, Angst, Family, Etc
Cast : Kim Ryeowook, Etc
Hana
Dul
Set
Here we go~
Author -PoV-
Ryeowook baru saja keluar dari kamar tidurnya. Suasana hening dapat dirasakan oleh Ryeowook sembari ia melangkah menuju ruang makan. Ia menarik mundur salah satu kursi dari meja makan, lalu duduk sendirian di sana. Menghabiskan sarapan dalam diam, sarapan yang mungkin telah mendingin sebelum ia terbangun.
Keheningan ini sudah ia peroleh selama lebih dari setahun. Bukan karena ia tinggal sendirian, melainkan karena semua anggota keluarganya telah pergi saat ia masih terlelap untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing. Entah apa yang mereka semua lakukan di luar, Ryeowook tidak pernah tahu.
Awalnya, suasana rumah keluarga Kim tidak seperti ini. Dulu suasana rumah terasa hangat dan ceria dengan anggota keluarga Kim yang sering berkumpul bersama di ruang keluarga. Semua terasa menyenangkan dan bahagia. Sampai pada akhirnya, Nyonya Kim meninggal.
#####
Saat itu, Nyonya Kim mengendarai mobil untuk mengantar anak-anaknya (Kim Ryeowook dan Kim Young Woon) sekolah seperti biasa. Setelah Nyonya Kim selesai mengantar kedua anaknya, ia hendak pergi ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan. Akan tetapi, sesuatu yang tak terduga terjadi.Di tengah jalan sepi, terlihat seorang pemuda tergeletak tak sadarkan diri. Refleks, Nyonya Kim menepikan mobilnya ke sisi jalan. Ia keluar dari mobil lalu bergegas menghampiri pemuda itu, berniat menolongnya. Namun, ia seketika terkejut saat mendengar suara mobilnya menyala.
Ia menoleh cepat, mendapati beberapa orang dengan masker hitam telah berada di dalam mobil miliknya. Dengan cepat, Nyonya Kim segera berlari menuju mobil. Tapi sayangnya, seseorang dari arah belakang sudah terlebih dahulu menariknya keras hingga ia terhempas ke belakang. Betapa terkejutnya Nyonya Kim, saat ia melihat orang yang menghempasnya adalah pemuda yang tadi ingin ia tolong.
Saat pemuda itu hendak pergi, Nyonya Kim meraih salah satu tangannya dan menahan pemuda itu. Namun sayang, kekuatan Nyonya Kim tidak cukup kuat hingga pemuda itu dengan mudah dapat melepaskannya dalam sekali hentakan. Setelah itu, pemuda itu pun segera berlari masuk ke dalam mobil milik Nyonya Kim bergabung bersama rekan-rekannya. Salah satu dari rekannya langsung menancapkan gas mobil, pergi meninggalkan Nyonya Kim yang tergeletak tak berdaya di tengah jalan.
Nafas Nyonya Kim mulai tersengal-sengal. Penyakit asma yang ia derita sejak kecil kambuh karena ia terlalu shock dengan peristiwa tadi. Ia berteriak lirih, berusaha meminta pertolongan. Nihil, tidak ada seorang pun yang dapat mendengar. Jalanan ini benar-benar sepi. Ia hanya bisa memegang dadanya yang semakin sesak, sebelum akhirnya ia menutup mata untuk selamanya.
#####
Kejadian itu terjadi sekitar 1 tahun yang lalu. Semenjak Nyonya Kim meninggal, kehidupan keluarga Kim menjadi sangat berbeda. Tidak ada kehangatan, tidak ada keceriaan. Anggota keluarga Kim tidak pernah kembali berkumpul bersama. Bahkan untuk bertemu satu sama lain di dalam rumah pun mulai jarang terjadi. Suasana rumah berubah menjadi dingin, hampa, dan sepi.
Tuan Kim yang biasanya selalu meluangkan waktu untuk keluarga berubah menjadi seorang workholic untuk bisa melupakan kesedihan atas kematian istrinya. Kim Young Woon (anak pertamanya) pun mulai berubah. Tanpa ayahnya ketahui, ia selalu menghabiskan waktunya seharian di luar rumah setelah ia pulang sekolah. Entah apa yang ia lakukan di luar sana. Dan Kim Ryeowook (anak keduanya), perlukah dijelaskan?
#####
Sebenarnya, tidak ada yang benar-benar berubah dari seorang Kim Ryeowook. Ia tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa yaitu pergi ke sekolah, mengikuti les piano, lalu pulang kembali ke rumah. Tidak ada aktivitas yang berubah, hanya senyuman hangat ciri khas Ryeowook yang mulai menghilang. Keceriaan dalam diri Ryeowook pun mulai memudar dari waktu ke waktu.
Ryeowook yang semula dikenal sebagai anak yang ceria dan mudah bergaul kini menjadi anak yang tertutup. Ia mulai jarang bersosialisasi dengan teman-teman sekelas, hanya ada beberapa sahabat yang masih menemaninya di sekolah. Sahabat-sahabatnya selalu berusaha membuat Ryeowook tersenyum atau bahkan tertawa hanya untuk mengembalikan Ryeowook yang dulu. Mereka selalu berhasil, namun hanya senyum dan tawa hampa yang mereka dapatkan.
#####
Sarapan Ryeowook telah habis, ia berdiri dan menghampiri wastafel dapur untuk mencuci peralatan makan yang ia pakai sambil bersenandung lirih sekedar memecah keheningan. Setelah itu, ia melangkah masuk ke ruang tamu. Ia memandang sekilas foto-foto keluarga yang terpajang di dinding, kemudian tersenyum tipis. Ia pun mengambil ransel sekolah ungu miliknya dan mulai berjalan menuju pintu depan.
Tangan Ryeowook terulur hendak membuka pintu rumah. Akan tetapi, sesuatu mengganjal pikirannya yang membuat ia tetap berdiri kaku dengan salah satu tangan yang telah memegang kenop pintu. Ia baru sadar, hari ini adalah hari ulang tahunnya. Seketika, senyum lirih terukir di bibir Ryeowook. Kakak bahkan ayahnya sendiri tidak membangunkannya untuk memberi ucapan selamat ataupun kado. Apa mungkin mereka lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun Ryeowook?
#####
"Hei!" Seseorang menepuk bahu Ryeowook yang baru melewati gerbang sekolah. Sontak, Ryeowook menoleh ke belakang.
"Saengil chukhahamnida, bung!" seru Kibum riang, menampakkan killer smile yang ia miliki. Wookie pun tersenyum dan berkata, "Terima kasih, bung!"
"Wookie-ah, saengil chukhahamnida!" Dari dalam sekolah, Eunhyuk dan Donghae berteriak keras. Mereka langsung berlari menghampiri Ryeowook, lalu memeluknya erat.
Tanpa mereka berempat sadari, beberapa pasang mata menatap ke arah mereka. Ada yang tersenyum, ada yang terkekeh geli. Eunhyuk dan Donghae pun melepas pelukan mereka dan tersenyum sumringah.
"Terima kasih, Donghae-ah, Hyukkie-ah. Terima kasih, semuanya!" Setetes air mata mengalir begitu saja melewati pipi Ryeowook. Ryeowook segera menghapusnya dan tertawa riang.
Donghae, Eunhyuk, dan Kibum tersenyum senang. Tawa ceria khas Ryeowook kembali. Sementara itu, hati Ryeowook bergejolak antara bahagia dan tidak percaya. Ternyata, masih ada yang mengingatnya. Sahabatnya, mereka ingat hari ulang tahunnya.
#####
Ryeowook membuka pintu rumah yang terkunci. Ia masuk ke dalam rumah dengan menenteng kantung plastik merah yang berisi kado dari Eunhyuk, Donghae, dan Kibum. Hatinya yang semula diselimuti rasa bahagia kembali hampa ketika merasakan kekosongan di dalam rumah. Ia menghela nafas, lalu berjalan ke ruang keluarga dan menjatuhkan dirinya di atas sofa yang ada di sana.
Ia benar-benar menyesal dan merasa bodoh. Ia sudah sengaja pulang cepat dari sekolah dan menolak ajakan sahabat-sahabatnya untuk merayakan hari ulang tahunnya bersama mereka. Ia pun sudah meminta izin tidak mengikuti les piano. Tadinya, ia berharap kalau ayah ataupun kakaknya akan memberikan kejutan di rumah. Akan tetapi, apa yang ia harapkan tidak menjadi kenyataan. Jangankan memberi kejutan, mereka berdua saja tidak ada di rumah. Mungkin, mereka lupa. Entahlah.
#####
Satu jam berlalu namun Ryeowook masih belum beranjak berdiri dari sofa. Berkali-kali helaan nafas kecewa dan sedih terdengar keluar dari mulutnya. Ia benar-benar tidak ingin melakukan apapun sekarang. Bahkan, ia enggan mengganti seragam sekolah yang masih ia kenakan. Ia, ia tengah mengharapkan sesuatu yang entah dapat benar terjadi atau hanya akan menjadi harapan belaka.
Sejujurnya, ia masih menunggu salah satu anggota keluarganya pulang ke rumah untuk memberi ucapan selamat ulang tahun. Hanya salah satu saja. Entah itu ayah atau kakaknya, ia berharap salah satu di antara mereka ada yang datang. Harapan yang ia miliki tidak terlalu muluk, bukan? Ia hanya ingin salah satu dari mereka. Ia juga hanya meminta ucapan selamat, bukan kado mahal yang mengeluarkan banyak biaya."Wookie-ah, saengil chukhahamnida! Ternyata anak ayah sudah besar, ya? Selamat ulang tahun yang ke-12, sayang!" Suara berat seorang namja paruh baya terdengar lembut dan riang pada saat yang bersamaan, diikuti dengan suara tawa malu-malu dari sang anak yang tengah berulang tahun.
#####
"Sayang, selamat ulang tahun! Sekarang kau sudah besar, jangan suka menangis lagi. Oke?" Anak itu tersenyum manis dan mengangguk kecil saat ia mendengar ucapan sang ibu.
"Dan jangan suka mengganggu kakakmu yang tampan ini, Wookie-ah. Saengil chukhahamnida!" timpal sang kakak laki-laki yang berhasil membuat adiknya yang sedang berulang tahun mengerucutkan bibir sebal.
"Kakak!" seru adiknya kesal.
Air mata Ryeowook tidak berhenti mengalir, membasahi pipi tirusnya. Sekarang, ia tengah menonton video ulang tahun dirinya dimana semua anggota keluarga berkumpul bersama-sama di ruang keluarga. Ia benar-benar merindukan saat itu. Ia merindukan ibu, ayah dan kakak.
Ryeowook -PoV-
Ibu, apa kau bisa mendengar suaraku? Aku, aku sangat merindukanmu. Aku juga merindukan ayah dan kakak. Sejak ibu tidak ada, suasana rumah menjadi sepi dan dingin. Tidak ada seorang pun kecuali aku yang tinggal lama di rumah. Aku benci keadaan seperti ini, Ibu. Aku merasa kesepian. Tidak bisakah ibu kembali bersama aku, ayah, dan kakak?
Ibu, aku ingin menceritakan sesuatu. Aku tahu kau pasti bosan karena aku terus menceritakan hal yang sama setiap hari. Tapi, aku yakin ibu akan tetap mendengarkan aku. Sekarang, ayah selalu pulang malam begitu pun dengan kakak. Aku tidak pernah tahu apa yang mereka lakukan. Aku mau bertanya, tapi aku tidak pernah bertemu dengan mereka. Mereka tampak menghindariku.
Ibu, apa kau ingat? Hari ini adalah hari ulang tahunku. Saat aku datang ke sekolah, semua sahabatku langsung mengucapkan selamat dan memberiku kado. Aku senang. Akan tetapi, ada sesuatu yang kurang. Ayah dan kakak, mereka belum memberiku ucapan selamat. Apa mungkin mereka lupa, Ibu? Ah, andai saja ibu masih ada, mereka tidak akan lupa dan kita pasti akan merayakan hari ulang tahunku bersama-sama.
Apakah aku mempunyai sebuah keluarga? Jika seseorang menanyakan pertanyaan itu saat aku masih kecil, dengan nada riang pasti aku akan menjawab, "Tentu saja! Aku mempunyai ayah yang baik, ibu yang cantik, dan kakak yang tampan!"
Tapi sekarang, mungkin aku hanya akan tersenyum tipis tanpa menjawabnya. Aku memang memiliki sebuah keluarga, namun tidak ada lagi kehangatan yang kurasakan. Mungkin kalau aku ikut dengan ibu, aku akan bahagia. Kalau aku ikut ibu, aku tidak sendirian. Tapi, bagaimana dengan ayah dan kakak? Ah, apa mereka masih mengingatku? Kurasa tidak.
Aku menatap lirih benda yang kini ada di tanganku. Aku sudah memutuskan hal ini. Ibu, tunggu aku. Aku menorehkan segores luka yang cukup dalam pada pergelangan tanganku dengan cutter yang kupegang. Darah pun mengucur dari luka yang kugoreskan. Aku memejamkan mataku erat, menahan sakit yang kurasa. Ibu, aku akan datang.
Author -PoV-
Seorang namja muda melangkah masuk ke dalam rumah keluarga Kim. Sambil bersenandung pelan, ia menyusuri tangga rumahnya hingga tiba di depan kamar adiknya. Sekilas, ia tersenyum tipis melihat hadiah yang ia bawa sebelum akhirnya ia membuka pintu dan masuk ke dalam kamar sang adik untuk memberi kejutan.
Dahinya mengernyit heran. Sang adik tidak ada di sana. Ia pun sudah memeriksa kamar mandi di dalam kamar, namun hasilnya nihil. Bukankah sang adik seharusnya sudah pulang sejak tadi? Padahal ia sengaja pulang cepat setelah sebelumnya ia membeli kado agar bisa mengejutkan sang adik. Dan mungkin, ia akan pulang cepat seterusnya karena ia benar-benar merindukan suasana rumah.
#####
Android hitam telah bergetar lama di atas meja kantor milik presiden direktur perusahaan Kim. Tuan Kim yang baru saja masuk ke dalam kantor setelah menjalani meeting perusahaan, segera mendudukkan diri di atas kursi miliknya. Ia melirik android hitamnya yang terus bergetar lalu memutuskan untuk mengambilnya. Panggilan dari sang anak bungsu.
"..." Ia menerima panggilan anaknya dan mendekatkan androidnya di telinga.
"Wookie?" panggilnya.
"..." Tidak ada jawaban.
"Wookie?" ulang Tuan Kim sekali lagi.
"A-yah..." Suara sang anak yang terdengar lemah membuat Tuan Kim khawatir.
"Kau baik-baik saja, Nak?" tanya Tuan Kim dengan nada khawatir yang terdengar jelas.
"H-hari ini... Wookie... u-lang ta-hun..." Nafas anaknya terdengar tersendat-sendat diikuti ucapannya yang terbata.
"WOOKIE!!"
"WOOKIE!!" Teriakan sang kakak menggema di ruang keluarga ketika matanya menangkap sang adik tergeletak lemah di atas sofa dengan tangan yang berlumuran darah. Hadiah yang ia bawa terjatuh begitu saja. Ia pun segera menghampiri adiknya. Dengan sigap, sang kakak mengangkat tubuh adiknya dan keluar dari rumah.
"K-kakak..., k-kau da... tang?" Suara adiknya terdengar lirih namun sang kakak masih dapat mendengarnya.
"A... ku..." Sebelum sempat sang adik meneruskan ucapannya, sang kakak memotongnya cepat.
"Saengil chukhahamnida, Wookie-ah..." ujar sang kakak parau. Ia memasukkan tubuh adiknya ke jok belakang mobil, lalu ia sendiri duduk di jok pengemudi. Ia menyalakan mesin mobil, segera melajukan mobilnya cepat menuju rumah sakit terdekat.
#####
Sedari tadi, sang kakak (Kim Young Woon) terus memandang cemas adiknya (Kim Ryeowook) yang masih terbaring tidak sadar di atas ranjang pasien. Sungguh, ia benar-benar menyesal karena selama ini ia sudah meninggalkan Ryeowook di rumah hanya untuk mencari kesenangan di luar. Ryeowook bukanlah orang yang suka ditinggal sendirian. Ia pasti merasa kesepian di rumah.
-Ceklek- Pintu terbuka, Young Woon pun menoleh. Tuan Kim masuk dengan wajah khawatir dan berjalan menghampiri kedua anaknya. Ia melihat sekilas ke arah Young Woon yang duduk di kursi di sisi ranjang lalu menatap lekat wajah sang anak bungsu yang terlihat sedikit pucat.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Tuan Kim pada sang kakak.
"Dokter Jung berkata dia baik-baik saja, ayah. Ia hanya masih lemas karena kekurangan darah." jelas sang kakak.
"Bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tuan Kim menoleh pada sang kakak yang entah sejak kapan sudah berdiri di sisinya.
"Dia mengiris pergelangan tangan kirinya. Untung saja, dokter berkata kalau itu tidak terlalu dalam." Setelahnya, suasana menjadi hening. Baik sang ayah maupun sang kakak, tidak ada yang kembali berbicara. Mereka semua menatap fokus pada salah satu anggota keluarganya yang kini terbaring lemah di ranjang pasien.
"Ayah, aku minta maaf."
#####
"Eungh.." Ryeowook membuka matanya perlahan. Samar-samar, ia dapat mendengar suara derap langkah kaki berjalan mendekat. Detik berikutnya, kedua mata Ryeowook menangkap sang ayah dan sang kakak yang kini tengah memandang lega dan bahagia kepadanya.
"Kau tidak apa-apa, Nak? Apa kau merasa sakit?" tanya sang ayah.
"A-yah? Kakak?" Ryeowook menatap ayah dan kakaknya bergantian. Tidak percaya, itulah yang sekarang dirasakan oleh Kim Ryeowook. Ini bukan sebuah mimpi, kan?
"Wookie, kau baik-baik saja?" Tangan sang kakak terulur untuk memegang telapak tangan adiknya yang tampak melamun.
"A-aku..." Benar, ini nyata. Ayah dan kakak yang tengah berdiri di sisinya bukanlah sebuah mimpi ataupun khayalan karena Ryeowook terlalu merindukan mereka.
"Ayah... Kakak..." Mata Ryeowook berkaca-kaca. Ia benar-benar bahagia hingga ia menangis. Akhirnya, ia bisa bertemu dengan ayah dan kakak.
#####
"Happy birthday, Wookie~ Happy birthday, Wookie~ Happy birthday, Happy birthday~ Happy birthday, Wookie~" Lagu selamat ulang tahun mengiringi suasana bahagia di dalam rumah keluarga Kim. Sehari sebelum Ryeowook diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Tuan Kim dan Young Woon sudah terlebih dahulu menyiapkan pesta kejutan. Mereka pun juga mengundang sahabat-sahabat Ryeowook (Eunhyuk, Donghae, dan Kibum) untuk datang ke rumah mereka.
"Ayah, cepat!" Tuan Kim yang baru menyetel timer kamera langsung berlari tergopoh-gopoh ke arah kedua anaknya dan ketiga sahabat anak bungsunya yang sudah berpose keren di depan kamera.
"Huwaaa.." Tuan Kim berteriak kaget dan -Splash- ekspresi lucu dari wajah Tuan Kim yang berlumuran krim kue akibat ulah anak-anaknya tercetak jelas di selembar foto yang baru saja keluar dari dalam kamera.
"Yak! Apa yang kalian lakukan? Dasar anak-anak nakal!" Tuan Kim mengejar anak-anaknya yang kini tengah tertawa puas sambil berlarian menghindari kejaran Tuan Kim yang berusaha mengambil foto memalukan wajahnya.
"Ayah, kau tampan sekali di foto ini! Hahaha..." Suara tawa penuh keceriaan kembali hadir di rumah keluarga Kim. Untuk sekarang dan seterusnya, apapun yang akan terjadi, semua anggota keluarga Kim berjanji akan selalu menjaga kehangatan keluarga mereka seperti ini.
END
No comments:
Post a Comment